Jelajah BADUY
Sahabat Muda News – Cijahe, Baduy – Banten. Siang itu di hari Sabtu tepatnya tanggal 16 Juli sekelompok anak anak di temani beberapa orang dewasa turun dari 2 buah kendaraan di terminal Cijahe – Banten.
Cijahe adalah salah satu pintu masuk ke Baduy Luar untuk kemudian menuju ke Baduy Dalam, melewati pintu masuk Cijahe kita bisa menuju ke Baduy Dalam tidak terlalu jauh.
Sekelompok anak anak itu bernama Jejak Anak, komunitas yang dibangun untuk dapat menemukan dan meningkatkan potensi anak dalam kecintaan mereka terhadap alam. Sebelum ke Baduy mereka sudah beberapa kali menjelajah tempat-tempat yang menurut mereka patut mereka jelajahi karena potensi alam dan trekkingnya yang menantang, diantaranya Taman Nasional Ujung Kulon, Kawah Ratu – Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan beberapa tempat lainnya.
Kebersamaan mereka rata-rata terbangun sejak mereka kelas satu Sekolah Dasar, sama-sama duduk di bangku sekolah Alam di bilangan Bojongsari dan Pondok Petir.
Jejak Anak menjelajah Baduy Dalam melewati Cijahe, dalam perjalanannya dari Cijahe ada beberapa kampung yang dilewati sebelum memasuki Baduy Dalam salah satunya kampung Cisemeut.
Kampung Cisemuet merupakan kampung terakhir sebelum menuju perbatasan dengan Baduy Dalam yang ditandai dengan jembatan bambu. Dari perbatasan tersebut kita bisa menuju ke Desa Cikertawarna atau lansung ke Cibeo.
Mereka menginap di salah satu rumah penduduk Baduy Dalam di desa Cibeo, banyak pengalaman yang mereka dapatkan terkait dengan kearifan lokal masyarakat Baduy Dalam yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luluhur yang syarat akan pentingnya menjaga keseimbangan hidup berdampingan dengan alam.
Mulai dari struktur rumah yang tidak menggunakan paku logam namun tetap kokoh walaupun terjadi gempa, dari struktur lumbung pagi mereka yang terdapat pengaman untuk menghindari dari serangan mahluk pengerat dan lumbung tersebut terdapat di luar kampung, mulai dari tidak menggunakan sabun odol dan sejenisnya dalam menjaga kebersihan badan karena mereka khawatir sabun dan odol dapat mencemari sungai mereka yang sangat jernih dan langsung dari mata air.
Masyarakat Baduy dikenal dengan ke-santunan-nya dan penuh dengan semangat gotong royong, hal ini dapat terlihat ketika mereka membangun bangun rumah yang dibantu segenap komponen masyarakat Baduy terdekat.
Lumbung-lumbung padi mereka hanya boleh digunakan saat-saat tertentu saja seperti jika musim tanam mengalami paceklik, atau saat mereka membutuhkannya untuk kegiatan keagamaan mereka.
Sungguh mereka mendapatkan banyak pembelajaran dari perjalanan Jelajah Baduy kali ini.