Besek Istimewa

Cerita yang satu ini tidak kalah menarik. Saya mengenalnya dua-tiga tahun lalu di saat pemotongan hewan qurban juga. Ribut-ribut tentang wadah pembungkus daging qurban. Ini bukan masalah kecil. KHususnya buat hewan qurban yang berlimpah. Misalkan saja dapat 7 ekor sapi dan 30 ekor kambing dan domba. Bisa dibayangkan, bukan. Betapa banyak bungkusan daging yang harus dibeli dan didistribusikan kepada masyarakat. Fatalnya setelah sampai di rumah-rumah dan daging segera dimasak untuk dijadikan hidangan berselera ala Hari Raya Idul Adha. Sampah pembungkusnya akan memberi kontribusi pada sampah dunia yang sudah menumpuk sangat. Apalagi jika pembungkusnya adalah kantong kresek. Alamak, menumpuklah plastik-plastik kresek bekas itu.

Coba bayangkan, ya. Jika setiap sapi yang beratnya 300 kilo menghasilkan 200 bungkus dan kambing dengan bobot 40 kg jadi antara 12-15 bungkus bungkus, maka total 7 ekor sapi ditambah 30 ekor kambing dan domba sekitar 1.800-an bungkus. Artinya ada potensi 1.800-an kantong plastik yang akan mengotori dunia.

Masih ingat besarnya sampah yang dihasilkan sebuah negara-negara di dunia? Terutama sampah plastik yang mengotori lautan. Ini datanya tahun 2019 saya cuplik dari https://www.liputan6.com/global/read/4013236/5-negara-penghasil-limbah-plastik-terbanyak-di-dunia-ada-indonesia. Satu, China. Dua Indonesia. Berturut-turut kemudian, Inggris, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Sementara Arab Saudi dan Indonesia juga menyumbang sampah makanan terbesar di dunia. Masih dari data tahun 2019, https://www.liputan6.com/bisnis/read/3898635/menteri-bambang-ri-penghasil-sampah-makanan-terbesar-setelah-arab.

Dahsyat, bukan? Indonesia menduduki runner up. Itu sangat memalukan. Negara besar ini jadi penghasil sampah. Merusak ekosistem dunia. Sedih banget.

Salah satu solusi terbaik adalah menggunakan besek. Pembungkus tradisional dari Jawa Tengah. Makanya saya minta panitia, jauh-jauh hari order besek. Online pun bisa. Asal ada jeda waktu yang agak panjang. Jelas, besek itu ramah lingkungan. Terbuat dari bilah bambu yang sudah diraut tipis. Lumayam jadi pembungkus yang tidak merusak kualitas daging. Terbebas dari lalat juga. Inisiatif panitia menambahkan daun pisang sebagai alas dan penutup daging sebelum dikemas dalam besek yang rapi dan elegan. Mahal sedikit tidak mengapa. Setidaknya tidak andil dalam sampah global yang menghancurkan citra negara kepulauan.

Alhamdulillah pesantren tempat saya mengabdi turut menggaungkan ramah lingkungan. Gak maulah memberikan kesan buruk. Selain kotor, saya juga mau bahwa pesantren memiliki nilai yang baik. Bersih, tertib, dan teratur.

Masih percaya, image pesantren itu jorok dan gak bisa antre? Ternyata gak tuh.

 

Kang Yudha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *