Tanziyla Tetap Ujian Saat Menjadi Relawan
Sahabat Muda News, Cianjur – Gasol. Pagi (25/11) itu cuaca Desa Gasol, Cigunang Cianjur Jawa Barat agak dingin, apalagi semalam habis diguyur gerimis. Butiran air hujan masih menetes dari ujung tenda komando berwarna orange. Sebagian pengungsi dan relawab masih terlelap kerena letih.
Namun kondisi itu tidak menyurutkan Tanziyla untuk membuka laptop’nya. Dengan beralas tiker dan bertatakan dus mie instan, dia duduk memperhatikan layar komputer. Sebentar-bentar dia menengok keatas, seperti berpikir. Sejenak kemudian tangannya mengetuk keyboard.
Tanziyla Arini Fazrin merupakan salah satu relawan bencana alam yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Girigahana UPN Veteran Jakarta. Dia sedang mencoba menyelesaikan jawaban soal ujian (UAS) yang diberikan dosennya secara daring. Bukan hanya Arin, tapi secara bergilir sekitar 15 relawan yang statusnya mahasiswa mengikuti ujian secara online.
Mahasiswi Program Studi Strata 1 Keperawatan sudah berada di Posko sejak hari kedua (Selasa) bencana. “Hari pertama teman-teman melakukan asesmen. Saya berangkat dihari kedua dan langsung menempati posko pengungsi 1,” kata wanita berhijab dan berkacamata minus itu.
Tanziyla demikian gadis manis berusia 18 tahun, berada digaris depan sebagai team medis. “Alhamdulillah ilmu benar-benar terpakai,” katanya tanpa nada lelah. “Perasaan haru-biru saat trauma healing anak-anak dipengungsian. Sebagian dari mereka kehilangan orang tuanya disaat belia,” katanya dengan nada tercekat.
Bagaimana sikap orangtua? “Mereka justru bangga melihat saya menjadi relawan dan tetap bisa mengikui ujian,” cerita Tanziyla anak ketiga dari empat bersaudara yang memiliki IPK 3.2. Kata Ibu, lanjutnya, disaat semua teman-teman seusia saya asyik pergi ke mall, kamu malah ikut jadi relawan. “Saya diacungin jempol sama Mama,” katanya.
Para mahasiswa tergabung sebagai relawan Mapala Girigahana. Mereka kuliah di semester 3 dan 7. Secara bergilir (shift) mereka berada di posko pengungsi dan kembali saat akan kuliah daring. “Disela-sela waktu kami membantu korban dan melakukan evakuasi, dan juga menyempatkan untuk membuka laptop mengikuti perkuliahan,” ujar M. Wahid Guntur Pambudi mahasiswa semester 3 Ilmu Komunikasi.
Para mahasiswa tidak sendiri, di Posko Girigahana, setidaknya tercatat 10 pecinta dan penggiat alam; Arkadia (UIN), Wiradika (IBI Kosgoro), Rafflesia (Univ. Indraprasta PGRI),Astadeca (PNJ), KrisnaPala (Unkris), Umtala (Univ Mpu Tantular), KPA Pandapa (Univ Dharma Persada), Mapa Gunadarma (Univ Gunadharma), Matasitas Sahid (Univ Sahid), dan komunitas Gerakan Pungut Sampah, TMS 7 Malang, Mapalaska, Mahapala UPN Surabaya, dan Mapala UPN Yogyakarta. (AM)