Ini Qurbanku, Qurbanmu Mana?

Cerita ini setiap tahun berulang. Namun, kok rasanya gak pernah bosan, ya. Saya, ingin sekali berqurban lebih baik dan lebih baik lagi. Kalau pun lagi gak ada doku, ngutang juga gak papa. Rasanya ada utang atas rezeki selama setahun berjalan. Bayangin aja, bisa jalan-jalan, bisa beli sepeda yang lumayan dengan multi gear lengkap, atau ganti handphone yang multitasking, atau nyicil motor kekinian.

Coba aja kita renungkan, ya. Setahun itu sekitar 52 pekan, bukan. Ya anggap aja 50 pekan. Lumayan banyak. Sudah di-discount pula. Jika kita mau berqurban kambing atau domba seharga 2,5 juta aja, berarti 50 ribu seminggu, dong. Hitung-hitung gak jajan dua hari plus ngirit beli bensin. Maksudnya biar gak kelayaban yang tidak jelas. Bisa loh. Tahun depan, pasti kekumpun dah tuh.

Kata orang, ngomongnya manis. Dijalanin berat bener. Emang betul. Ya namanya juga berqurban. Kalau dokunya dari bos juragan kambing sih itu namanya dikasih. Gak ada tuh ser-seran, di jantung gak deg-degan. Iyalah, kalau simpenan sendiri, pastinya bikin mikir dua, tiga, empat, lima kali. Ada yang diqurbankan. Setidaknya, tadi ngirit makan, ngirit bensin. Itu yang namanya berqurban.

Pernah nih nunggu qurban dari jualan kue basah. Ini pengalaman sendiri. Pas dapat untung, eh ada keperluan lain. Bayar kaos team-lah, beli sepatu gununglah atau winbrake-lah. Belum lagi kalau kepikiran buat naik gunung akhir tahun atau beli helm sepeda yang pantesan dikit. Ya udah, dilewatin dulu. Kan, masih ada rezeki lainnya di bulan-bulan mendatang. Yakin bener dapat rezeki yang tidak disangka-sangka. Sampai di sini kudu dipastiin kalau Allah akan kasih tuh rezeki. Insyaallah bakal kejadian. Suer. Cuma, jeleknya cerita yang begini suka kelewat aja. Ditunda-tunda sampai tinggal sebulan lagi berqurban. Itu juga baru ngeh, pas temen ngajuin penawaran harga kambing dan domba sesuai berat dan selera. Alhasil, nyaris gagal qurban kalau gak dipaksa-paksain berutang.

Bener gak sih, kalau kejadiannya seperti itu? Rasanya kurang ada persiapan. Kurang berserah diri, kurang berqurban. Kembali seperti tahun-tahun lalu, grabak-grubuk cati simpanan sampe yang receh juga dihitung. Akhirnya, yang penting berqurban deh. Kambing kecil juga gak papa, yang penting harganya pas sama dompetnya, masih bisa kebeli. Ah, rasanya kok minimalis banget, ya. Katanya mau cari kendaraan yang jalannya cepet bawa ke surge, tapi cari kendaraannya yang letoy dan gak kuat ngangkat badan ini yang udah semakin melar.

 

Kang Yudha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *