Sharing Session Experiential Education dengan Ivan Tawas
Sahabat Muda News – Batu, Malang. Belajar dari pengalaman atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan Experiential Learning merupakan sebuah pendekatan yang sudah sejak lama kita kenal, biasanya kita hanya mengenal dengan istilah Outbound.
Sinau Bareng kali ini menghadirkan salah satu praktisi Experiential Education, saat Sinau Bareng tersebut di hadiri oleh peserta dari DPD Jatim dan anggota AELi se-Jatim dan beberapa provider total 32 orang. Sejatinya acara tersebut adalah Rakerda DPD Jatim dan Pelantikan anggota baru AELI.
Ivan Tawas merupakan seorang yang sudah malang melintang selama kurun waktu 27 tahun sebagai praktisi Experiential Education dan profesinya adalah Experiential Educator, berbagi pengalaman selama menggeluti dunia pendidikan berbasis pengalaman di Indonesia mulai dari mendirikan Eureka, Tatanka dan Spectra Performa hingga berkarir di perusahaan konsultan Daya Dimensi Indonesia.
Pertanyanan mendasarnya terhadap asosiasi ini adalah kenapa namanya menggunakan Asosiasi Experiential Learning, menurut Ivan Tawas “Experiential Learning” itu merupakan proses belajar dari ilmu pendidikan di alam bebas.
Namun Iwan Tawas menyadari dan paham ketika telah mengetahui lebih jauh soal sejarah terbentuknya AELI di thn 2007. Saat itu tim perumus judul asosiasi bingung ingin menggunakan terminologi Experiential Education namun sepertinya harus terlebih dahulu menjalin komunikasi dengan AEE yang ada di Amerika.
Hal ini tidak terlepas dari pembelajaran pengalaman ketika ada teguran dari Outward Bound Inc di Amerika yang termuat dalam setengah halaman koran Kompas dan Suara Pembaruan di thn 1997, ketika itu marak sekali operator bisnis program alam bebas pake judul OutwardBound.
Didalam metode Experiential Education ada 4 jenis program : Rekreasi, Pendidikan, Pengembangan dan Therapy. Saat ini kita sudah sangat handal dalam program Rekreasi akan tetapi bagaimana dgn 3 program lainnya?
Yuukkk kita belajar bersama untuk menggali potensi kita semua untuk tahu dan mampu untuk handal juga di program Pendidikan, Pengembangan dan Therapy. Kebutuhan dan pasar untuk ketiga program tsb masih sangat besar selama masih ada organisasi yg ingin mengembangkan sumber manusia yang berdaya di Indonesia.
Pelajari teorinya, metodenya dengan baik dan benar dan pastinya akan bermanfaat bagi pengembangan manusia Indonesia menjadi bangsa yg cerdas. itulah tujuan mulia AELI bediri.
Merunut dari sejarah Experiential Education tak terlepas dari peran 2 orang pakar di bidang pendidikan diantaranya adalah John Dewey dan Kurt Lewin. John Dewey merupakan seorang filsuf dan profesor pendidikan dan Psikologi, John Dewey sangat mendukung terjadinya reformasi pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan harus didasarkan pada prinsip belajar melalui melakukan. Dan tak lupa juga peran Kurt Hahn dalam pengembangan pembelajaran berbasis kegiatan luar ruang.
Dewey dan Lewin sudah menjelaskan dengan gamblang tentang pola pembelajaran dengan melalui tahapan proses Act – Think – Reflect dan Apply.
Sesi pembelajaran saling tukar pengalaman untuk saling menguatkan antar praktisi atau pengiat experiential learning di Indonesia, sesi ini juga sebagai bahan refleksi semua pihak.
Penting untuk menjadikan bahan refleksi bahwa experiential education bukan sekedar untuk rekreasi, namun juga bagian dari salah satu pendekatan proses pembelajaran, demikian disampaikan oleh Ivan Tawas dalam sesi Sinau Bareng. (AP)