Inspirasi Dari Bambang Pamungkas
Sosok Bambang Pamungkas jelas tak asing lagi bagi pencinta sepakbola Indonesia. Ia pernah menjadi mesin gol tim nasional Indonesia, mencatat penampilan terbanyak untuk tim nasional Indonesia, dan hingga kini masih dipertahankan Persija Jakarta sebagai ikon kendati sudah menginjak usia 37 tahun.
Bepe dikenal baik dengan kemampuannya menyundul bola, lompatan tinggi, menggiring bola, dan melepaskan tendangan keras. Sejak usia delapan tahun, Bepe sudah menetapkan impian menjadi pemain sepakbola untuk mengikuti Kurniawan Dwi Yulianto sebagai inspirasinya. Dia memulai perkenalan dengan sepakbola ketika masuk SSB Hobby Sepak Bola Getas hingga kemudian bergabung ke Persija Jakarta pada 1999.
Bepe berhasil melesakkan 24 gol pada musim pertamanya di Liga Indonesia. Tak hanya itu, Bepe mencatat debut di timnas senior Indonesia. Dia kemudian mencetak gol pertamanya ke gawang Lithuania dalam sebuah laga uji coba. Itu menjadi awal kiprah Bepe bersama tim Merah-Putih. Setelahnya, Bepe menjadi andalan Indonesia di berbagai turnamen internasional hingga dipercaya menjadi kapten tim.
Kiprah manis Bepe tak lepas dari pasang-surut. Pengidola Diego Maradona dan Paul Gascoigne ini juga pernah merasakan kegagalan. Seperti tidak disertakan ke Piala AFF 2004 dan kemudian gagal berkiprah di liga Australia bersama Wellington Phoenix pada 2010.
Apalagi seiring dengan usia yang terus bertambah, kinerja Bepe dianggap makin menurun dan kontribusi golnya kian surut. Namun, Bepe selalu bangkit.
Sejak awal, Bepe mengatakan bahwa dirinya lebih mengandalkan skill dan intelegensi untuk mewujudkan mimpi. Kegagalan justru membuat Bepe terus berlatih dan berlatih tanpa mengenal lelah. Dia belajar dari kegagalan itu dan selalu bermain positif serta menjaga emosi. Resep itulah yang menjadi cara terbaiknya untuk terus tampil di pentas sepakbola tanah air.
“Saya selalu berusaha menjalankan pola hidup serta pola pikir yang sehat,” buka eks penggawa Selangor FA itu.
“Sebagai seorang atlet, modal utama yang harus selalu dijaga adalah kesehatan. Oleh karena itu, pola hidup sehat dan seimbang menjadi syarat utama,” tambahnya.
Beberapa hal yang diterapkannya dalam menjaga pola hidup sehat adalah, mulai dari menjaga pola makan agar asupan gizi yang masuk ke tubuh mencukupi, hingga memberikan istirahat yang cukup bagi tubuh agar selalu dalam kondisi fit dan siap kerja.
“Serta satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah menjaga pola pikir yang sehat. Dengan pola pikir yang sehat, kita akan dapat memberikan respons terhadap segala sesuatu yang terjadi (baik kejadian yang baik maupun kurang baik) dalam hidup kita dengan lebih positif,” jelas pemain yang juga pernah merumput di Belanda bersama EHC Norad itu.
Bepe mulai mencoba sisi kehidupan lain di luar sepakbola. Pria kelahiran Semarang, 10 Juni 1980, itu juga dikenal sebagai penulis. Satu dari sedikit pesepakbola Tanah Air yang berani mengeksperesikan diri lewat kata-kata. Melalui blognya, Bepe giat membangkitkan semangat nasionalisme serta kecintaan kepada sepakbola Indonesia. Puncaknya, Bepe meluncurkan buku berjudul “Ketika Jemariku Menari” pada 2011.
Belakangan, Bepe pun memberanikan diri menjadi seorang motivator. Ia tampil di depan publik untuk menceritakan pengalaman hidupnya sebagai pesepakbola dengan tujuan bisa menginspirasi. Bahkan, ia juga mulai nekat untuk menjadi seorang chef. Tak punya latar pendidikan sebagai seorang koki, ia berani menyebut diri sebagai The Nekat Chef.
Ia juga dikenal peduli dengan kerabat seperjuangan dengan aktif di Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) dan Yayasan Bambang Pamungkas. Di dua organisasi ini, Bepe aktif menyuarakan aspirasi pemain sepakbola tanah air dan memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah di Indonesia. Ayah dari tiga orang anak berkat pernikahannya dengan Tribuana Tungga Dewi ini pun siap untuk menjadi guru jika nanti karier sepakbolanya telah selesai.
Bepe memang seolah tak pernah berhenti memberikan inspirasi. “Bagi pemain-pemain junior, jangan pernah berhenti untuk bermimpi karena mungkin suatu saat nanti, mimpi kalian akan menjadi kenyataan. Keyakinan, kerja keras, dan disertai doa akan membantu kalian mewujudkannya. Oleh karena itu, persiapkan diri kalian sebaik mungkin,” ucapnya, yang masih bermimpi menjadi bagian dari Piala Dunia suatu saat nanti.
“(Bambang Pamungkas) Salah satu striker langka di Indonesia. Komitmen dan profesionalisme adalah keunggulan dari pemain lainnya dan langka di Indonesia,” puji Ivan Kolev, mantan pelatih timnas Indonesia, suatu ketika.
Mempertahankan reputasi sebagai pesepakbola di Indonesia jelas tak mudah, dan hal itu bisa dilakukan oleh pemain yang identik dengan nomor 20 ini berkat kedisiplinan serta kerja kerasnya menjaga wibawa dan karakternya sebagai sosok panutan tak hanya bagi para pesepakbola muda, tetapi juga bagi diri sendiri, keluarga, dan bahkan Indonesia. Tak heran jika NIVEA MEN menjadikan Bambang Pamungkas sebagai ikon #PrepareToInspire.